Theology,Technology, and Philosophy, ENJOY!!

Pelajaran 7 10



YESUS MEWARTAKAN SABDA BAHAGIA


KOMPETENSI DASAR

Memahami perjuangan Yesus untuk menegakkan nilai-nilai dasar hidup bersama sehingga mampu menghayati dan menerapkan dalam hidupnya sehari-hari.


INDIKATOR    
   
1.     Menjelaskan pendapatnya tentang arti bahagia.
2.     Mengungkapkan pengalamannya dalam mencari dan menemukan kebahagiaan.
3.     Menjelaskan alasan-alasan yang membuat orang merasa bahagia.
4.     Menjelaskan maksud ajaran Yesus, tentang sabda bahagia menurut Matius 5: 1-12.
5.     Menyebutkan contoh-contoh perwujudan sabda bahagia dalam kehidupan sehari -hari.
6.     Menguraikan arti kebebasan dengan kata-kata sendiri.
7.     Menyebutkan tokoh-tokoh perjuangan kebebasan  bangsa kita.
8.     Menceritakan pengalaman sendiri tentang kebebasan.
9.     Menjelaskan perjuangan Yesus yang mewartakan kebebasan anak-anak Allah, seperti diuraikan dalam Lukas 5: 17-26; Lukas 8: 26-28; Mrk. 2: 23-28.
10.    Menyebutkan contoh perwujudan tindakan bebas sebagai anak-anak Allah, seperti yang diperjuangkan Yesus.


URAIAN MATERI

Tak seorangpun di dunia ini yang tidak mendambakan kebahagiaan. Semua orang berlomba-lomba dengan caranya masing-masing untuk menggapai kebahagiaan. Namun demikian makna kebahagiaan yang dicari itu serta ukuran kebahagiaan itu sendiri sangat relatif; artinya antara seorang dengan yang lain sangat berbeda, tergantung pada orientasi kebahagiaan masing-masing pribadi.
Ada sebagian orang mengukur kebahagiaan dengan materi atau kekayaan yang dimiliki sehingga segala cara akan ditempuh bahkan tidak mempedulikan orang lain, yang penting adalah materi yang dinginkan dapat tercapai, kadang-kadang menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuannya.
Ada sebagian orang yang mengartikan kebahagiaan dengan ketenangan dan ketenteraman dalam hidup. Dengan demikian mereka tidak harus berusaha sedemikian rupa untuk meraih hal-hal yang sangat bersifat materi. Singkat kata mereka tidak bersifat materialistis, yang penting adalah ketenteraman dan kedamaian dalam hidup. Jadi kebahagiaan tergantung dari mana setiap orang memandangnya, apakah dari hal materi ataukah ketenangan, ketenteraman dan kedamaian dalam hidup.
Pandangan manusia tentang kebebasan, bila dibandingkan dengan pandangan Yesus dalam Matius 5: 1-12, sangat bertentangan. Kekayaan materi yang menjadi dambaan setiap orang justru tidak mendapat tempat dihati Yesus. Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga” (Mat 5: 3). Demikian halnya dengan ketenangan, sukacita dan damai; Yesus bersabda: “Berbahagialah orang yang berduka cita karena mereka akan dihibur (Mat 5: 4). Kalau demikian halnya apa sebenarnya yang dikehendaki Yesus?

Melalui sabda bahagia ini Yesus bermaksud menyatakan tiga hal yakni:
1.     Menyiapkan para murid-Nya untuk menghadapi dunia yang orientasi kehidupannya sangat berlainan dengan kehendak Allah.
2.     Sabda bahagia mengandung nilai eskatologis (akhirat/ akhir zaman), sebagai syarat masuk surga.
3.     Sabda bahagia merupakan hukum baru yang mengatur relasi manusia dengan Tuhan dan sesama yang didasarkan pada kasih.
Sabda bahagia juga mengandung dua aspek yang mengatur kehidupan manusia. Kedua aspek itu adalah:
1.     Aspek Iman (Mat 5: 3-6)
Pada bagian ini mengatakan bahwa yang berbahagia adalah orang yang sepenuhnya menyandarkan hidup kepada Allah. Mereka itu adalah;
a.  Orang miskin; bukan mereka miskin karena tidak memiliki harta benda, melainkan karena tertindas oleh orang kaya dan kuat.
b.  Orang yang berduka cita; mereka mengharapkan penghiburan yang datang dari Allah (Yes 61: 1-3)
c.  Orang yang lemah lembut; orang yang dengan rendah hati menantikan pertolongan dari Tuhan.
d.  Orang yang lapar dan haus akan kebenaran; mereka adalah orang-orang yang rindu dibenarkan oleh Allah (Mzm 146: 7)
Dari aspek iman orang yang berbahagia adalah orang yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan dan tindakan Allah dalam keadaannya sekarang yang kurang baik.

2.     Aspek Sosial (Mat 5: 7-10)
Dari sudut sosial orang yang berbahagia menurut Yesus adalah:
a.  Orang yang murah hati; artinya orang yang gemar berbuat kasih kepada sesamanya.
b.  Orang yang suci hatinya: artinya orang yang sadarkan dirinya sebagai warga Kerajaan Allah dan siap melakukan kehendak-Nya.
c.  Orang yang membawa damai; orang yang menciptakan suasana damai dalam masyarakat.
d.  Orang yang dianiaya karena kebenaran; artinya orang yang berjuang demi tegaknya kebenaran.
Dari aspek ini, Tuhan Yesus menghendaki agar setiap orang beriman, mewujudkan imannya dalam perbuatan kasih yang nyata terhadap sesama.     
Jadi, kebahagiaan penuh yang didambakan akan terpenuhi jika setiap orang condong mengharapkan segalanya dari Tuhan atau orang yang menerima Allah sebagai satu-satunya raja mereka.
Namun perlu diingat bahwa Yesus tidak bermaksud mempertahankan kemiskinan dan penderitaan yang dialami oleh manusia. Yesus ingin mengingatkan kepada kita untuk memperhatikan orang orang yang selayaknya mendapat perhatian. Karena Yesus berkata: “Apa yang kamu lakukan kepada saudaraku yang hina ini itu kamu lakukan untuk aku” (Mat 25: 40).
Pewartaan sabda bahagia merupakan tindakan Yesus untuk membebaskan manusia dari perlakuan diskriminatif. Karena pada hakekatnya kebebasan itu sudah melekat pada diri manusia sejak manusia ada yang kita kenal dengan hak asasi. Namun dalam kenyataannya kebebasan manusia seringkali disalahgunakan oleh manusia itu sendiri, mulai dari para pejabat sampai kepada pribadi-pribadi.
Manusia sering salah menafsirkan makna yang terkandung dalam aturan-aturan yang dikeluarkan baik oleh penguasa negara maupun pemimpin agama.
Aturan yang semula merupakan ketentuan atau rambu-rambu untuk menciptakan kebebasan, ketenteraman dan kedamaian bagi manusia sehingga menjadi manusia yang bertanggungjawab dibelokkan menjadi senjata untuk menindas orang kecil bahkan membinasakan orang lain. Sekedar contoh, korupsi terjadi dimana-mana, bom meledak dimana-mana, merenggut ratusan nyawa manusia yang tak bersalah. Semuanya terjadi karena salah menerjemahkan arti kebebasan.
Semua orang mendambakan kebebasan tetapi dihayati dan dipraktekan secara salah. Misalnya peraturan sekolah yang bertujuan agar menanamkan disiplin pada siswa, dianggap sebagai penghambat kebebasan. Atau nasihat orang tua dianggap sebagai larangan yang mengekang kebebasan mereka, dan akhirnya mereka berusaha secara sembunyi atau bahkan dengan berani melanggarnya. Sikap kurang disiplin dalam keluarga ini menciptakan masyarakat yang akan bertindak seenaknya saja.
Banyak pelanggaran yang terjadi karena salah kaprah tentang arti kebebasan. Kebebasan diartikan bertindak sekehendak hatinya. Maka terjadilah pelanggaran di segala segi kehidupan. Pelanggaran lalu lintas, perampokan dan pencurian kendaraan bermotor dan lain lainnya karena kita tidak lagi menghargai milik orang lain. Tindakan semacam ini bertentangan dengan sikap Yesus.
Tuhan Yesus memaklumkan bahwa Allah itu pembebas. Allah ingin agar manusia mengembangkan diri secara penuh, dengan demikian segala hukum, peraturan dan perintah harus diabadikan pada tujuan pemerdekaan manusia; artinya tujuan utama hukum adalah membebaskan manusia dari segala sesuatu yang dapat menghalangi manusia untuk berbuat baik. Yesus ingin mewujudkan hukum taurat dalam terang kasih.
Atas dasar kasih itulah Tuhan Yesus bertindak. Ia melakukan mukjizat penyembuhan pada hari Sabat; membolehkan para murid untuk memetik gandum pada hari Sabat, semuanya itu dilakukan Yesus, karena menurut Yesus aturan seharusnya membuat manusia semakin bebas dalam kasih, dengan begitu ia semakin dekat dengan Allah.
Bagi orang yang telah dibebaskan oleh sengsara wafat dan kebangkitan Yesus, tugas yang harus diemban selanjutnya adalah membebaskan sesama dari tindakan sewenang-wenang dan dari keterikatan pada dosa yang mengakibatkan maut. Oleh sebab itu jangan menggunakan kebebasan untuk hal-hal yang tidak berguna serta merusak masa depan.
Gereja melalui Sakramen Baptis mengangkat kita menjadi anak-anak Allah yang merdeka, bebas dari dosa dan melancarkan hubungan manusia dengan Allah, terhindar dari kematian kekal dan dengan bebas pula melayani Tuhan dan sesama. 

RANGKUMAN 
    
-      Melalui sabda bahagia, Yesus bermaksud menyatakan tiga hal yakni a) menyiapkan para murid-Nya untuk menghadapi dunia yang orientasi kehidupannya sangat berlainan dengan kehendak Allah, b) sabda bahagia mengandung nilai eskatologis (akhirat/ akhir zaman), sebagai syarat masuk surga, dan c) sabda bahagia merupakan hukum baru yang mengatur relasi manusia dengan Tuhan dan sesama yang didasarkan pada kasih.
-           Sabda bahagia meliputi dua aspek yakni aspek Iman (Mat 5: 3-6) dan aspek Sosial (Mat 5: 7-10).
-           Dari kedua aspek sabda bahagia, maka orang yang bahagia adalah orang yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan dan percaya kepada-Nya.
-           Sabda bahagia membawa kita kepada kebebasan sebagai anak-anak Allah.
-           Allah itu pembebas, yang membebaskan kita dari penderitaan, dosa dan maut, asalkan sepenuhnya manusia bersandar pada Allah harta yang paling berharga.
-           Tugas selanjutnya bagi orang yang telah dibebaskan Allah, ia harus membebaskan manusia yang lain.
-           Hak untuk melaksanakan kebebasan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari martabat manusia, terutama dalam bidang agama dan susila.
Dalam Kitab Suci Tuhan Yesus membebaskan orang yang membutuhkan pertolongan dan ingin hidup bahagia

0 comments:

Post a Comment